Assalamualaikum teman – teman nih
saya punya sebuah Artikel yaitu Hubungan pertumbuhan penduduk terhadap
Kesejahteraan Sosial Ekonomi. selamat membaca ya teman – teman :)
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam
sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Pertumbuhan
penduduk merupakan
perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran
dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan
faktor non alami.
Migrasi
ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk
(imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar
(emigrasi). Dengan kemajuan
teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah. Ini
semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.
Sesuai
dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap-tiap
masyarakat atau negara, pertumbuhan penduduknya mengalami 4 periode yaitu:
·
Periode I
Pada periode ini pertumbuhan
penduduk berjalan dengan lambat yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran
dan kematian yang rendah sehingga disebut periode statis.
·
Periode II
Tahap kedua ini angka kematian
mulai turun karena adanya perbaikan gizi makanan dan kesehatan. Akibat dari itu
semua pertumbuhan penduduk menjadi cepat mengingat angka kelahiran yang masih
tinggi.
·
Periode III
Periode ini ditandai dengan
tingkat pertumbuhan penduduk mulai turun. Tingkat kematian pada periode ini
stabil sampai pada tingkat rendah dan angka kelahiran menurun, penyebabnya
antara lain adanya pembatasan jumlah anggota keluarga.
·
Periode IV
Pada masa ini
tingkat kematian stabil, tetapi tingkat kelahiran menurun secara perlahan
sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Periode ini di sebut periode penduduk
stasioner.
Dari empat periode
di atas, pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada periode kedua dan sekarang
sedang menuju periode ketiga.
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan,
sosial
dan teknik.
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia
adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal
tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap
tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan
ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran
merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi
setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi
masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment).
Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus
menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di
Indonesia pada umumnya di bawah 5 persen dan pada tahun 1997 sebesar 5,7
persen. Tingkat pengangguran sebesar 5,7 persen masih merupakan pengangguran
alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran yang
alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Tingkat pengangguran alamiah ini sekitar 5
- 6 persen atau kurang. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 5
persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja
penuh (full employment).
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar
dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap)
yang terus membesar. Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi.
Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan
kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam,
tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama
kearah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan
pembangunan ekonomi suatu negara dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi
secara kuantitatif dalam periode tertentu. Melalui perencanaan pembangunan
suatu negara dapat memobilisasi sumber daya yang terbatas untuk memperoleh
hasil yang optimal dengan lancar, progresif dan seimbang. Hal seperti ini tidak
akan dicapai dengan menye-rahkan begitu saja pada mekanisme pasar seperti yang
dipercayai kaum klasik.
Menyadari hal yang demikian, maka sejak Indonesia merdeka,
pemerintah Indonesia telah menyusun perencanaan pembangunan ekonomi yang
komprehensif dan parsial. Pada masa Soekarno menjadi Presiden telah dibuat
perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Pemba-ngunan
Rakyat Semesta (Permesta) dan pada pemerintahan Soeharto telah disusun pula
perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), mulai dari Repelita I hingga Repelita VI.
Dalam melaksanakan REPELITA tersebut, mulai Pelita I hingga Pelita V,
perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia selalu mengacu pada konsep “Trilogi
Pembangunan” yang meliputi:
1.
Stabilitas (ekonomi) nasional,
2.
Pertumbuhan ekonomi, dan
3.
Pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) cukup tinggi yaitu
rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat dari sebesar 70 US$ (1970) menjadi 1080 US$ pada tahun 1996 (World
Bank 2005) merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang
terjadi. Pada awal pembangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965)
mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah
Indonesia
dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen. Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang meningkat cukup signifikan.
dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen. Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang meningkat cukup signifikan.
Sejak dimulainya pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) tahun
1969 hingga berakhirnya Pelita V (1994) atau selama Pembangunan Jangka Panjang
Tahap Pertama (PJP I), pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi yaitu
rata-rata 6,8 persen per tahun. Pendapatan per kapita telah pula meningkat dari
70 US$ pada tahun 1970 menjadi 950 US$ tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi
1080 US$ pada tahun 1996. Ini berarti bahwa, selama Pembangunan Jangka Panjang
Pertama pendapatan per kapita Indonesia telah meningkat sekitar 15 kali lipat
dibandingkan dengan pendapatan per kapita pada tahun 1970. Dilihat dari
pendapatan per kapita ini, maka pembangunan yang telah dilaksanakan di
Indonesia selama PJP I ini dapat dikatakan berhasil dan sukses.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) yang cukup tinggi yaitu
rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat dari sebesar 70 US$ menjadi di atas 1000 US$ merupakan dampak dari
semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pem-bangunan PJP I,
tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun
tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen.
Keterkaitan Masalah Kependudukan
dengan Pembangunan Ekonomi
Masalah kependudukan erat kaitannya
dengan pembangunan ekonomi. Selain menyangkut produk nasional riel dan produk
per kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan
perubahan-perubahan struktural ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari
perubahan atau pergeseran peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk
dan pendapatan nasional.
Masalah kepadatan penduduk, kecepatan
perkembangannya, penyebarannya yang tidak merata, produktivitas rata- rata yang
relative rendah, pengangguran dan masalah underitilized dari angkatan kerja
tersebut, telah lama menjadi pusat perhatian dan merupakan bagian dari sasaran
perbaikan dalam strategi pembangunan Indonesia. Dengan demikian perlu disadari,
bahwa pemecahan untuk masalah- masalah tersebut meliputi aspek- aspek perluasan
pendidikan dan peningkatan keterampilan, pembinaan dan pengembangan
kewiraswastaan yang memungkinkan tumbuhnya self creating jobs ataupun self
employment, di samping peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi
kepada kegiatan- kegiatan yang padat karya dan program-program konvensional
lain seperti keluarga berencana dan transmigrasi.
Pertumbuhan penduduk di kebanyakan
negara yang ekonominya tengah berkembang adalah akibat tingkat kelahiran yang
tinggi dibarengi oleh tingkat kematian yang menurun. Tingkat kelahiran yang
tinggi ini dalam banyak hal menyebabkan bahwa pola usia penduduk cenderung pada
usia anak- anak, sehingga penduduk yang dewasa dan menduduki yang secara
ekonomis adalah usia paling produktif, berkurang secara proposional. Tingkat
kematian menurun terutama pada lapisan penduduk berusia rendah, seperti bayi
dan anak- anak, sehingga proposi anak meningkat. Struktur penduduk dengan pola
usia dan burden of dependency seperti ini pada umumnya tidak menumbuhkan
semangat pembangunan.
Penyebab utama perbedaan laju
pertumbuhan penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang
bertumpu pada perbedaan tingkat kelahiran. Kesenjangan tingkat kematian antara
Negara-negara maju dan berkembang semakin lama semakin kecil. Penyebab utamanya
adalah membaiknya kondisi kesehatan di seluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi
kebanyakan Negara berkembang, tingkat kematian bayi telah mengalami penurunan
besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi lebih
lama.
Teori Pendukung Keterkaitan Pertumbuhan Penduduk dengan
Pembangunan Ekonomi
1. jebakan populasi Malthus
Jumlah penduduk di suartu
Negara akan menigkat sangat cepat sesuai dengan deret ukur atau tingkat
geometric. Sementara, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin
berkurang dari suatu factor produksi yang jumlahnya tetap, maka persediaan
pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau deret aritmatik. Karena
pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai dengan
kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan per kjapita cenderung terus
mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus
bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten. Satu-satunya cara
untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis tersebut adalah
dengan “penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap penduduk dan kesediaan
untuk membatasi jumlah kelahiran.
Jika pendapatan agregat dari
suatu Negara meningkat lebih cepat maka secara definitive pendapatan per kapita
juga meningkat. Seandainya pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada
peningkatan pendapatan total, maka dengan sendirinya pendapatan per kapita akan
menurun. Bila makin banyak penduduk maka saving dan investasi juga makin tinggi
sehingga pendapatan per kapita meningkat. Namun jika terlalu banyak saving,
pendapatan per kapita bisa menurun.
Bangsa-bangsa miskin tidak
bisa bangkit dari pendapatan subsisten tanpa pengendalian preventif
(pengendalian kelahiran). Atau, pertambahan penduduk hanya bisa dihambat dengan
pengendalian positif (kelaparan, penyakit, perang).
Ada dua kelemahan teori
Malthus:
1. Model
ini tidak memperhitungkan kemajuan teknologi dan dampaknya yang besar dalam
peningkatan produksi tanah. Jika teknologi dimasukkan dalam model ini maka pada
semua tingkat pendapatan per kapita posisinya selalu lebih tinggi dari kurva
pertumbuhan penduduk.
2. Tidak
ada korelasi pasti dan jelas antara laju pertumbuhan penduduk dan tingkat
pendapatan per kapita di kalangan Negara-negara dunia ketiga. Tingkat kelahiran
tidak memiliki hubungan yang baku dengan tingkat pendapatan per kapita.
Alasan penolakan atas model
Malthus:
1.
Malthus tidak memperhitungkan perkembangan teknologi yg
bisa menciptakan increasing return to scale.
2. Hipotetis mengenai hubungan (makro) antara pertumbuhan
penduduk dengan pendapatan perkapita, secara empiris tidak terbukti.
3.
Teori tersebut bertumpu pada variabel ekonomi yang keliru
yaitu tkt pendapatan perkapita sebagai determinan utama pertumbuhan penduduk.
Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori ini Mengadopsi teori
perilaku konsumen konvensional. Anak dianggap sebagai barang konsumsi (tidak
memberi keuntungan). Permintaan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional
bagi konsumen. Pilihan tsb mengorbankan pilihan (barang) lain. Keinginan punya
anak dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya hidup) dan keinginan
mengkonsumsi barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
1.
Permintaan terhadap anak berhubungan positif dengan
pendapatan
2. Permintaan
terhadap anak berhubungan negative terhadap harga relative (biaya pemeliharaan)
anak serta preferensi untuk barang-barang lain.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat
dibagi menjadi 2 :
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
A.
Frederich list (1789- 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi
menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan
Stuffen theorien (teori tangga). Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi
dibagi 4 sebagai berikut :
Pada
masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangatmengantungkan diri
pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidupsendiri
Pada masa ini manusia sudah mulai
berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
Pada masa ini manusia sudah hidup
menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar
usaha sampingan.
4.
Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.
Pada masa ini kerajinan bukan sebagai
usaha sampingan melainkan sebagaikebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga
industri berkembang dari industrikerajinan menjadi industri besar.
B. Karu Bucher (1847- 1930)
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4
1.
Rumah tangga tertutup
2. Rumah
tangga kota
3.
Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia
C. Werner sombart (1863- 1947)
1. Prakapitalisme
(Varkapitalisme)
2. Zaman
kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3. Zaman
kapitalai Raya (Hachkapitalismus)
4. Zaman
kapitalis akhir (spetkapitalismus)
D. Walt Whitmen Rosfow (1916-
1979)
1.
Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)
2. Persyaratan
untuk lepas landas (Precondition for take off)
3.
Lepas landas cake off)
4.
Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)
5. Masa
ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik
Teori pertumbuhan
menurut Adam Smith An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the
nation, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori
tangan-tangan gaib) Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling
berkaitan :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Pertumbuhan
output total
Pertumbuhan output
yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1.
sumber-sumber alam
2. tenaga
kerja (pertumbuhan penduduk
3.
jumlah persediaan
Menurut David
Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hinggamenjadi dua kali
lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat
Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas RobertMalthus,
menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut derethitung
(satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurutderet
ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada
saatperekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
1. Robert Sollow Rober Sollow
lahir pada tahun
1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada
tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang
akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama.Yaitu modal dan tenaga
kerja.
2. RF.
Harrod dan Evsey Domar
tahun 1947
pertumbhan ekonomi menurut Harrod dandomar akan terjadi apabila ada peningkatan
produktivitas modal (MEC) danproduktivitas tenaga kerja.
2. J.
Schumpeter,
pertumbuhan
ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanyaproses inovasi-inovasi
(penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yangdilakukan oleh para
pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.
Hal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan
Angkatan Kerja
Pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian
setelah pertumbuhan pendududuk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu
factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih
besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan
penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya.
Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan
penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara
mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan
dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya.
Sebenarnya, hal tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk bagi upaya
pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian
yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan
tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi
oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor
penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi
stabilitas, baik stabilitas politik maupun sosial, berkat pengaruhnya kepada
pencapaian keseimbangan di dalam negeri dan peningkatan jumlah penduduk sebagai
sumber kekuasaan politik dan militer. Stabilitas serupa ini dapat memberikan
motivasi pembangunan.
Pertumbuhan penduduk tidaklah apriori
yang bersifat merugikan atau apriori yang bersifat menguntungkan pembangunan.
Pertumbuhan penduduk memiliki kemampuan untuk memberi pengaruh yang bersifat
baik dan buruk. Maka net-effect dari kedua kekuatan yang menambah dan
mengurangi pendapatan merupakan hasil akhir dari pengaruh pertumbuhan penduduk pada
pembangunan. Hasil akhir serupa ini dapat berbeda- beda untuk masing- masing
negara. Hal ini bergantung kepada kondisi- kondisi yang memungkinkan faktor-
factor mana yang terutama dapat berlaku. Untuk keperluan analisis kita adalah
penting untuk menjelajah sampai berapa jauh pertumbuhan penduduk memberi
pengaruh kepada pembangunan ekonomi Indonesia.